Wednesday, October 5, 2011

Mendidik anak

Naluri manusia mendapatkan anak bukan hanya dari kaum perempuan tetapi juga lelaki. Nabi-nabipun mendambakan anak, nabi Zakari bermohon "Ya Allah jangan biarkan aku sendiri". Seorang ayah dan ibu mendambakan anak bukan hanya ingin keturunannya berlanjut, tetapi juga keinginannya dan cita-citanya bisa dilanjutkan dan diwujudkan lebih besar oleh anak keturunannya.

Cinta kepada anak adalah naluri, tetapi tidak sedikit orang yang melupakan apa yang disebut dengan cinta kepada anak. Cinta adalah dialog antara dua "aku". Cinta kepada anak tidak menjadikan anak itu dipaksa menjadi budak keinginan ayah atau ibunya.

"Anakmu bukan anakmu, tetapi dia adalah anak Sang Hidup yang rindu diri-Nya".
"Engkau  bisa menyerupai anakmu tetapi jangan paksa anakmu menyerupaimu",
(Khalil Gibran).

Cinta kepada anak adalah mendidiknya sesuai dengan bakat atau bawaannya, bukan sesuai dengan bakat atau keinginan orang tuanya.Seorang anak yang menjadi musisi hebat atau olahragawan hebat kemampuannya tidak kurang dari anak yang menjadi seorang dokter atau menjadi seorang insinyur. Biar masing-masing anak mengembangkan bakatnya dan orangtuanyalah yang mengarahkan anak itu menuju bakatnya. Itulah arti cinta kepada anak.

Rasulullah SAW bersabda "Allah merahmati orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti kepada-Nya". Kadang tidak sengaja orang tua mengajarkan hal yang buruk kepada anaknya. Seorang anak yang selalu dipangku oleh orang tuanya, jika melihat anak sebayanya mendapatkan tempat duduk sendiri akan membuatnya rasa rendah diri karena merasa orangtuanya tidak memberikan kepercayaan untuk mendapatkan tempat duduk sendiri yang merupakan hak dari sang anak. Melalui permainan, orang tua bisa mendidik anak untuk jujur dan sportif untuk membentuk kepribadiannya, karena kepribadian dibentuk sejak kecil. Semoga kita berhasil mendidik anak-anak kita.

(Saduran kultum Muhammad Quraish Shihab)

Monday, March 7, 2011

Arti nama untuk anak

Anak ibarat sebuah kertas putih ketika dilahirkan di dunia ini, suci dan bersih dari dosa. Walaupun mereka dilahirkan pezina, anak tetap dilahirkan suci dan putih tidak menanggung dosa dari orang tua. Bimbingan orang tua dan perjalanan hidupnya lah yang akan mengisi kertas putih tersebut. Anak adalah titipan dari yang Maha Pencipta, mereka bukanlah milik kita sepenuhnya. Jagalah milik Allah dengan sebaik-baiknya, bimbinglah anak kita menjadi anak yang soleh, berguna bagi sesama. Rajinlah berdoa untuk anak kita, karena anak yang soleh adalah salah satu amalan yang tidak akan putus walau orang tua sudah meninggal.


Salah satu cara orang tua mendoakan anak adalah dengan memberikan nama yang baik. Ketika seorang memberi nama anaknya "Muhammad", "Sudirman", "Aisyah", "Khadijah" atau "Kartini", maka yang diharapkan dari nama ini adalah agar sang anak meneladani sifat-sifat tokoh-tokoh tersebut. Ketika ia dinamai "Hasan" (baik), "Budiman" (orang yang berbudi), atau "Syifa" (Kesehatan/kesempurnaan), "Halimah" (kelapangan dada), "Aminah" (yang selalu merasan aman), maka ini dapat merupakan doa agar sang anak menyandang sifat-sifat tersebut.


Rasulullah SAW menjelaskan, " Hak-hak terhadap orang tua antara lain adalah memberikan nama yang baik dan meluhurkan budi pekertinya." Karena itu pula tidak jarang Rasul mengubah nama-nama yang buruk menjadi nama yang baik, untuk kota maupun manusia. "Yatsrib" yang maknanya "mengecam" adalah nama lama yang diubah menjadi "al-Madinah" oleh Rasul yang makna harfiahnya adalah "tempat peradaban". Ali bin Abi Thalib RA menamai putranya "Harb" (perang), dan diubah oleh Rasul dengan nama "al-Hasan" (yang baik). Umar RA menamai anak perempuannya dengan nama "al-Hasan" (yang baik). Umar RA menamai anak perempuannya "Aishiyah" (durhaka/pembangkang) kemudian diganti oleh Nabi SAW menjadi "Jamilah" (cantik). Seorang wanita bernama "Barrah" diganti oleh Nabi SAW "Zainab".

(kutipan dari buku Membumikan Al-Quran, Muhammad Quraish Shihab)